Page 107 - Laporan Akhir- Kajian Keterkaitan Geo Bio Budaya
P. 107
memelihara hubungan satu dengan Iainnya. Perjalanan hidup Guru Alas Lumintang
Kendungan dan Puun Buluh Panuh selanjutnya tidak diceritakan dengan jelas.
Sedangkan Ki Demang Haur Tangtu akhirnya menetap di daerah Guradog (Jasinga)
hingga akhir hayatnya. Di Kampung Guradog ini Ki Demang Haur Tangtu
mempunyai keturunan yang juga berpindah-pindah, yaitu warga yang sekarang
bertempat tinggal dan dikenal dengan Kasepuhan Citorek.
Gunung Luhur dan Halimun Citorek
Gunung Luhur di Desa Citorek, saat ini merupakan salah satu lokasi destinasi
pariwisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan sejak sekitar tahun 2019.
Berawal dari pembangunan akses jalan provinsi yang “membuka’ lokasi strategis
untuk mendapatkan pemandangan di ketinggian Gunung Luhur. Dari posisi
Gunung Luhur tersebut dapat dinikmati hamparan samudra awan di pagi hari dan
terbitnya matahari pagi.
Dari lokasi ini pula dapat dilihat dengan jelas Desa Citorek dan sekitarnya yang
berada di lembah dengan aliran Sungai Citorek dan Sungai Cimadur. Hal ini
memiliki kesesuaian dengan legenda toponim Citorek yang menuturkan bahwa
lokasi tersebut dulunya bernama “Lebak Kopo” (lebak artinya lokasi yang rendah).
Hamparan samudra awan yang tebal di pagi hari, juga memiliki cerita terkait dengan
halimun (kabut yang pekat). Posisi cekungan lembah daerah Citorek, seringkali
diselimuti oleh halimun, yang apabila dilihat dari Gunung Luhur menjadi gumpalan
samudra awan yang tebal. Di beberapa penduduk setempat berkembang cerita
bahwa halimun tersebut pernah menyelamatkan penduduk desa pada jaman
penjajahan Belanda. Halimun yang tebal telah menyebabkan Desa Citorek dan
sekitarnya menjadi tidak terlihat oleh para penjajah Belanda. Referensi sejarah yang
resmi mencatat bahwa pada masa Tanam Paksa, daerah Lebak dan sekitarnya
diperas oleh pemerintahan kolonial dan mengalami kemiskinan yang parah akibat
dari kebijakan tanam paksa tersebut.
Gambar 4.71 Halimun Citorek di pagi hari.
99