Page 268 - Modul Integrasi Materi Geoprak Bayah Dome
P. 268
225
Gambar (a) Bekas pondasi jembatan KA tepi Samudera Hindia (Foto:
dokumentasi Gurnito – Kereta Anak Bangsa) dan (b) Bekas jembatan KA di
atas muara sungai di daerah Cihara (Foto: dokumentasi Asep Suherman –
Kereta Anak Bangsa)
Sejarah Bayah juga tidak lepas dari sejarah kelam romusha. Romusha
merupakan aktivitas kerja paksa yang dilakukan oleh penjajah Jepang. Mereka
didatangkan dari berbagai daerah di luar Bayah, terutama dari Jawa Tengah
dan Jawa Timur. Perekrutan dilakukan oleh aparat desa atau militer Jepang
secara paksa. Jumlah yang direkrut cukup besar. Berdasarkan catatan Tan
Malaka jumlah romusha di Bayah mencapai 20.000 orang. Jumlah tersebut
menurun menjadi 10.000 orang pada saat penjajahan Jepang hampir berakhir.
(Malaka, 2014: 498).
Para pekerja paksa atau romusha bekerja dengan menggunakan alat
sederhana. Mereka dipaksa membuka hutan, membangun rel kereta api dan
membuat lubang-lubang tambang batu bara. Pekerjaan tersebut dilakukan
dibawah tekanan dan siksaan oleh tantara Jepang. Asupan makanan pun tidak
layak atau tidak memenuhi kebutuhan gizi. Akibatnya, tidak sedikit para
romusha yang meninggal dunia. Mereka dikubur seadanya secara massal di
tempat mereka meninggal. Penyebab kematian umumnya karena beratnya
pekerjaan, siksaan, penyakit malaria dan koreng.
Dimanakah lokasi-lokasi tambang batu bara tempat romusha bekerja?
Aktivitas penggalian batu bara tersebar di sejumlah wilayah yaitu Blok Madur
atau Gunungmadur, Blok Cihara, dan Blok Cimang, Lubang Cipicung,