Page 23 - LAPORAN PENELITIAN ITI SEPT 2021
P. 23

meskipun dekade terakhir telah mula menyadari pentingnya pengembangan Geopark di negara Afrika dan Timur
               tengah,  pada  tataran  masyarakat  dan  stakeholder  selain  pemerintah  masih  dibutuhkan  banyak  sosialisasi
               terutama pentingnya konservasi dalam pengembangan Geopark ini.

               Potensi  wisata  yang  telah  dikembangkan  di  Afrika  melalui  pengembangan  Geopark  terbukti  telah  mampu
               mendorong  pertumbuhan  wisata  di  Afrika.  Disamping  itu  juga  kaitannya  dengan  pengurangan  tingkat
               kemiskinan dan terbukanya lapangan kerja baru bagi penduduk setempat juga menjadi perhatian utama dalam
               pengembangan  Geopark  ini.  Beberapa  contoh  usaha  masyarakat  lokal  dalam  pengembangan  geowisata
               diantaranya  homestay,  restoran,  pembuatan  suvenir,  pemandu  wisata,  dll.  Oleh  karena  itu,  pengembangan
               Geopark di area non urban ini diharapkan mampu mendorong pengembangan desa yang maju dan berkelanjutan
               (Newsome, 2006).

               Pengembangan  Geopark  di  Afrika  Selatan,  berada  dibawah  wewenang  Geological  Society  of  South  Africa
               (GSSA)  dan  Council  for Geoscience  (CGS)  yang  bertujuan  untuk  konservasi  dan  meningkatkan  kesadaran
               masyarakat. Kemudian beberapa tahun terakhir pelibatan berbagai organisasi pariwisata mulai dilibatkan dalam
               pengembangan pariwisata. Selain itu lembaga pada tingkat pusat yaitu The South African Heritage Resource
               Agency  (SAHRA;www.sahra.org.za)  juga  berperan  dalam  supervisi  khususnya  dalam  perlindungan  dan
               konservasi.  Namun tantangan  yang  dihadapi  adalah keterbatasan  pengelola di tingkat  daerah  menyebabkan
               tingkat  kerusakan  akibat  vandalisme  di  Geosite  sehingga  peran  pusat  dalam  mendampingi  serta  memberi
               pelatihan dan penguatan kapasitas daerah menjadi sangat penting.

               Dalam  upaya  pemasaran  Geopark,  pemerintah  menugaskan  kementerian  pariwisata  dalam  mempromosikan
               potensi Geopark ke level internasional dalam menarik pengunjung. Tantangan lain yang dihadapi pemerintah
               dalam pengelolaan Geopark ini juga antara lain keterbatasan sumber daya dan pembiayaan khususnya di tingkat
               daerah. Namun berbagai upaya terus dilakukan khususnya dalam pemberdayaan masyarakat ekonomi lokal.



                   6.  Geopark di Langkawi, Malaysia
               Pulau Langkawi mendaptakan status Unesco Global Geopark pada tahun 2007. Sebagai salah satu destinasi yang
               populer di Malaysia, selain kekayaan taman bumi, pulau ini juga menyimpan banyak nilai sejarah dan bdaya
               yang menjadi daya tarik parawisata. Selain itu, kawasan ini juga dikembangkan sebagai destinasi internasional
               dengan infrastruktur dan fasilitas yang memadai. Konsep Geopark di kawasan ini mulai diperkenalkan pada
               tahun 2006 melalui Badan Pengembangan Langkawi dan tim peneliti dari Universitas Kebangsaan Malaysia
               (UKM).  Tujuan  deklarasi  Geopark  ini  tentunya  fokus  pada  konservasi  kawasan  yang  memang  sudah
               berkembang pesat sebagai destinasi wisata.

               Badan  pemerintah  yang  berwenang  mengelola  adalah  Lembaga  Pembangunan  Langkawi  (LADA)  yang
               memiliki  tugas  antara  lain  mengembangkan  infrastruktur,  pariwisata,  industri,  perdagangan  dan  kawasan
               permukiman. Badan ini dibiayai oleh pemerintah federal untuk menjalankan operasional dan pengembangan
               kawasan. Dari tahun 2006 hingga 2013, total anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah kepada badan tersebut
               mencapai RM561,61 juta (Laporan Tahunan LADA 2007-2013). Dengan dana sebesar itu dari pemerintah,
               LADA  memiliki  kapasitas  untuk  mengembangkan  Geopark  dan  memenuhi  persyaratan  sebagaimana  diatur
               dalam dokumen yang dipersyaratkan oleh GGN dan UNESCO (Yusof, Ismail, & Ahmad, 2019).

               Kemudian  pada  tahun  2007,  akhirnya  “Langkawi  Geopark”  berhasil  ditetapkan  sebagai  UGG  ke-52  dan
               merupakan Geopark pertama di Malaysia. Setelah itu LADA berkomitmen mengembangkan Geopark Langkawi




                                                               14
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28